Skip to main content

Diagnosa Klinik : Tata Cara Pemeriksaan

Tata cara atau tata urut dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi. Pemeriksaan hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indra pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan). Untuk lebih jelasnya tata cara tersebut diuraikan dibawah ini : 

Inspeksi
Inspeksi atau peninjauan atau pemantauan dapat dilakukan dengan cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang diinspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala, leher, badan samping kiri dan kanan, belakang dan kaki kaki (ekstremitas), aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut, anus, vulva/vagina atau preputium. Ketegasan (konformitas) dan kompaksitas dari pertulangan juga dapat ditemukan dengan cara inspeksi ini. Kesan yang dapat diperoleh pada waktu inspeksi dicatat, misalkan punggung kiposisi atau lordosis, telinga kiri jatuh, kaki depan adduction dan lain lain.

Palpasi atau perabaan
Pemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara palpasi atau perabaan dengan tangan. Di setiap bagian-bagian ragawi baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga dada atau thorax, bagian perut atau abdomen, bagian pangkal pinggul atau pelvis dan alat gerak atau ekstremitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteria subkutanea, kelenjar getah bening atau limfonodus, trackea, pertulangan dada, lekuk liku pertulangan kaki-kaki, dan konformitas tulang dahi dengan mudah dipalpasi. Palpasi demikian disebut perabaan permukaan atau palpasi superfisialis. Namun demikian sebagian organ hanya dapat dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya. Palpasi demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal. Contoh palpasi profundal yaitu untuk mendapatkan ada tidaknya batuk dilakukan penekanan menggunakan telapak tangan di daerah trackea sepertiga atas region cervikalis atau penekanan tulang-tulang kostae kiri dan kanan secara bersamaan.

Perkusi atau mengetuk
Prinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa. Perkusi diarahkan atau diletakkan pada bidang datar di atas daerah yang dipenuhi udara pada bagian bawahnya. Daerah yang dibawahnya banyak ditemukan udara adalah sinus-sinus hidung, rongga dada sepertiga bagian atas, rongga dada sepertiga bawah, daerah abdomen bagian mesogastrikus, serta daerah abdomen bagian usus-usus kecil. Pantulan balik gema yang diperoleh dari hasil ketukan dibandingkan terhadap denting atau gema ketukan yang ditimbulkan oleh pleximeter. Pantulan balik gema dapat meredup atau dapat nyaring dipertinggi jika dibandingkan terhadap gema perkusi.

Auskultasi atau mendengar
Melakukan auskultasi adalah menderngarkan suara yang ada yang ditimbulkan oleh kerja organ baik pada saat sehat fungsional maupun pada kasus-kasus tertentu. Prinsip penggunaan alat auskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh aktifitas organ ragawi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterangan kejadian pada organ yang mengeluarkan suara tersebut. Auskultasi dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu telinga diletakkan diatas daerah atau organ yang diduga mengeluarkan suara dimaksud, atau dengan cara tidak langsung menggunakan stetoskop. Auskultasi secara langsung tersebut masih dijalankan oleh para dokter hewan atau pemeriksa bahkan di beberapa tempat di Indonesia di mana tidak tersedia stetoskop. Kepekaan telinga dokter menjadi andalan untuk melakukan evaluasi kualitas atau kuantitas hasil auskultasi. Secara prinsip pada pemeriksaan tidak langsung ujung objek pada alat stetoskop dilapisi membrane yang bertujuan untuk memfokuskan atau mengumpulkan gelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang dicurigai, diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecahkan atau mengurai suara sampai diterima telinga pemeriksa melalui ujung slang satunya. Suara yang dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal dari gerak paru-paru pada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katub-katub jantung, suara peristaltic lambungm dan suara peristaltic usus-usus.

Mencium atau membaui
Pemeriksaan fisik hewan dengan cara mencium atau membaui ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya akan dapat menuntun pemeriksaan fisik hewan pada kejadian penyakit tertentu. Bau keton pada urin sapi akan menunjukkan adanya keseimbangan energy yang negative dan berdampak serius pada performa produksi, bau ureum yang dikeluarkan dari mulut seekor anjing dapat menuntun pemeriksa pada kejadian gagal ginjal kronis stadium akhir, bau feses yang sangat anyir menyengat pada seekor kucing akan memberitahu kepada pemeriksa fisik hewan akan adanya kandungan darah dalam feses.

Mengukur dan menghitung
Melakukan pemeriksaan fisih hewan dengan cara mengukur dan menghitung secara kuantitatif menggunakan satuan-satuan yang lazim untuk pengukuran atau penghitungan, yaitu kali permenit dan derajat selsius. Suara-suara katup jantung pada saat sistolik dan diastolic, suara paru-paru pada saat inspirasi/ekspirasi dan pulsus dapat dihitung dalam satuan kali permenit. Panas ragawi yang diwakili dengan pengukuran panas rektal dapat diperoleh dengan cara memasukkan thermometer, baik digital maupun raksa, ke dalam anus dan ditunggu selama 3 menit. Satuan ukuran lazim di Indonesia adalah derajat Celcius, mengikuti kelajiman internasional. Namun beberapa negara misalnya Amerika Serikat sangat terbiasa menggunakan Fahrenheit untuk panas badan.

Pungsi pembuktian atau Proof punctio
Proof punctio merupakan suatu tindakan medik untuk mendapatkan ketegasan tunggal dari beberapa kemungkinan yang didapat dari inspeksi atau palpasi sebelumnya. Diperlukan tindakan ini untuk menyederhanakan kompleksitas tanda atau temuan klinis, misalnya timbunan cairan di rongga dada atau di dalam rongga abdomen. Pungsi pembuktian dilakukan dengan penusukan jarum steril atau trocar atau dengan pembedahan kecil/sederhana ke titik orientasi pungsi. Untuk melakukan pungsi pembuktian diperlukan keahlian keteknikan tersendiri dan berdasarkan pengalaman praksis terutama jika bersentuhan dengan organ vital seperti jantung dan hati. Hasil dari suatu pungsi pembuktian adalah cairan yang langsung dievaluasi aspek warna, kekentalan, dan baunya. Jika dirasa perlu, sekaligus cairan tersebut dikirimkan ke laboratorium klinik tertentu untuk tujuan pemeriksaan lebih lanjut.

Tes Alergi
KUlit dapat dipandang sebagai indicator alergi. Hampir semua kejadian alergi, termasuk alergi makanan, menyebabkan perubahan pada kualitas kulit berupa kemerahan (hyperemia), kebengkakan (vasodilatasi dan pengembangan otot-otot), dan panas. Keadaan ini memberi jalan bagi penilaian alergi secara klinis pada tindakan tuberkulinasi, malleinasi dan uji sensitifitas terhadap antibiotika.

Pemeriksaan laboratorium klinik
Pemeriksaan laboratorium klinik dilakukan dengan maksud membantu dan melengkapi data pemeriksaan fisik pada hewan/pasien agar dapat diperoleh keputusan diagnostic yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemeriksaan laboratorium klinik tidak dapat menggantikan atau menepis/menihilkan hasil pemeriksaan fisik hewan karena sifatnya menunjang. Menjadi suatu kesalahan langkah jika pemeriksaan laboratorium didahulukan untuk maksud meneguhkan diagnosis, sedangkan diagnosisnya belum dibuat. Oleh karena itu keunggulan diagnostic masih tetap pada kemampuan melakukan pemeriksaan fisik hewan. Pemeriksaan laboratorium klinik dapat dilakukan atas sampel asal hewan/pasien untuk tujuan pemeriksaan-pemeriksaan berikut ini : histologis-patologis, bakteriologis, parasitologis, serologis-imunologis, mikologis, dan hematologis (termasuk kimia klinis). Sampel atau contoh yang dapat dikirim ke laboratorium klinik berasal dari : jaringan, darah, serum, sekreta, ekskreta, sampel pungsi pembuktian, sampel biopsy, pungsi liquor cerebri, potongan organ, feses dan urin, serta rambut.

Pemeriksaan dengan alat diagnostic lain
Kemajuan bidang diagnostika kedokteran telah memberikan keleluasaan dan berbagai kemungkinan untuk mendapatkan keteguhan diagnosis yang semakin akurat (precise) yang dengan demikian berimplikasi kepada terapi pilihan yang tepat dan ketajaman prognosis. Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi), ultrasonografi, X-ray, Elektrokardiografi, MRI dan CT Scan. Untuk mendapatkan kualitas organ-organ yang lebih lembut digunakan pelacak pembuluh dalam organ atau system ragawi seperti : angiografi, bronkhosgrafi, urografi, dan sebagainya.
Secara garis besar, perubahan atau kelainan dalam ragawi dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar, yaitu yang berhubungan dengan perbarahan, atau disebut juga peradangan, dan yang tidak bersangkut paut dengan berbarahan, seperti neoplasma-neoplasma, penyumbatan pada suatu saluran, penyimpangan metabolism, dan sebagainya. Suatu peradangan akan dicirikan oleh keadaan sebagai berikut : sakit atau nyeri (dolor), kemerahan (rubor), kebengkakan (tumor), panas (kalor) dan kerusakan fungsional (function laesa).
Kelima gejala radang ini disebut lima atau panca gejala radang, dapat ditemukan pada tiap kejadian atau keadaan peradangan atau perbarahan yang kasat mata dengan tahapan pemeriksaan seperti yang telah diuraikan diatas, namun memiliki keterbatan pengungkapannya (tidak panca radang) jika mengalami peradangan adalah organ yang lebih dalam, misalnya gastritis atau pleuritis.
Pada proses yang bukan peradangan dapat ditemukan kebengkakan/tumor serta gangguan fungsi/function laesa, tetapi pada umumnya disini tidak ditemukan kemerahan/rubor dan panas/kalor serta nyeri/dolor. Dengan demikian adanya rubor, kalor dan dolor menunjukkan bahwa kausa penyakitnya menyebabkan peradangan.

Pada sebuah perjalanan penyakit yang akut (berjalan cepat) dalam hitungan hari sampai dengan kurang dari 14 hari) tanda-tanda jelas sekali terlihat, namun pada sebuah perjalanan penyakit yang menahun atau kronis (berjalan lambat, kejadinnya lebih dari 14 hari) tanda-tanda dalam panca radang tersebut menjadi tidak tampak atau kabur karena kehilangan aspek panas, nyeri dan memerah. Sebaliknya, tidak semua perubahan structural maupun fungsional suatu organ menimbulkan gangguan kesehatan. Adanya tumor di dalam hati atau di dalam paru-paru mungkin tidak menimbulkan gejala-gejala klinis. Jantung pun dapat berfungsi dengan baik meskipun mulai terdapat kerusakan katupnya. 

Comments

Popular posts from this blog

Kenali anak kucing yang tertinggal dalam kandungan induk

Dokter-hewan.net  - Pada keadaan normal, kucing bunting selama 64-67 hari. Dan kelahiran merupakan puncak dari proses kebuntingan. Kucing merupakan makhluk yang mandiri dimana tidak memerlukan bantuan ketika melahirkan. Namun, pada keadaan tertentu mungkin saja dijumpai kucing yang mengalami kesulitan melahirkan dan berpotensi mengancam jiwa induk dan calon anak yang akan dilahirkan. Penyebabnya dapat berasal dari induk maupun anaknya sendiri. Terkadang pemilik akan membiarkan kucingnya melahirkan dan seringkali dibiarkan hingga esok dan keesokkan harinya. Hal Ini tidak menjadi masalah ketika benar semua anak yang ada dalam kandungan induk telah keluar semua. Tapi pastikan induk memiliki akses ke makanan dan air minum tanpa risiko anak-anak kucing menjadi terjebak atau tenggelam.  Lalu, apa yang terjadi jika ada yang masih tertinggal? Hal ini sering dicurigai pemilik ketika melihat kucingnya yang baru melahirkan, dengan jeda waktu yang cukup, dan perutnya masih terlihat

Waspada Luka Berbelatung pada Hewan Kesayangan

Dokter-hewan.net  - Luka yang terinfeksi belatung atau sering kita sebut dengan myasis merupakan kejadian yang cukup tinggi terjadi pada hewan kesayangan, terutama anjing. Kejadian myasis yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat bisa berakibat fatal karena dapat menyebabkan kematian pada hewan akibat shock, intoksikasi ataupun infeksi sekunder. Myasis adalah kerusakan pada otot yang disebabkan oleh belatung. Belatung yang bentuknya seperti ulat ini berasal dari telur-telur lalat yang menetas, kemudian menggerogoti jaringan otot yang ada. Hal ini dapat berawal dari luka yang kecil yang tidak diketahui owner terutama pada hewan berambut panjang. Dengan perlahan, belatung akang menggerogoti jaringan otot di bawah kulit membentuk terowongan. Kondisi luka pada permukaan kulit ini akan mengundang lalat untuk bertelur sehingga belatung akan semakin banyak menempati luka hingga membusuk. Sampai kondisi seperti ini pun terkadang owner belum mengetahui betul apa yang terjadi pada hewan

Tumor pada Hamster

Dokter-hewan.net – Pertumbuhan abnormal pada sel atau jaringan maupun organ tubuh disebut tumor. Tumor memiliki dua tipe, yaitu benigna dan maligna. Tumor benigna merupakan tumor yang tidak ganas dan tidak bisa menyebar yang pada umumnya menyerang hamster. Sedangkan, tumor maligna (kanker) merupakan tumor ganas yang umumnya menyerang glandula yang memproduksi hormon atau sistem pencernaan hewan dan memiliki kemampuan untuk menyebar ke daerah sekitarnya. Hanya 4% hamster yang mampu bertahan melawan tumor maligna. Tumor benigna pada hamster umumnya terjadi di kelenjar adrenal, dekat dengan organ ginjal. Lymphoma (tumor di kelenjar limpa) umumnya menyerang hamster tua dan umumnya ditemukan di seluruh sistem limpatik seperti timus, lien, hati dan limpnode. Selain itu, salah satu tipe dari lympoma dari Sel T juga akan memberikan efek terhadap kulit pada hamster dewasa. Tumor lain mampu tumbuh dan berkembang pada rahim, usus, otak, kulit, folikel rambut, lemak bahkan mata. Pengobatan