Dokter-hewan.net – Hewan karnivora seperti kucing memiliki sistem pernapasan tipe costalis, karena saat kucing melakukan respirasi yang lebih dominan untuk bergerak adalah dinding thoraxnya. Kelainan pada sistem respirasi dapat menyebabkan berbagai hal, seperti batuk, bersin, sesak nafas, kekurangan oksigen, kelumpuhan bahkan kematian. Infeksi saluran pernapasan yang umum terjadi pada kucing adalah Rhinitis.
Rhinitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Pada umumnya, virus yang dapat menyerang kucing adalah golongan herpesvirus yang meliputi Feline Viral Rhinotracheitis (FVR). Rhinitis kronis umumnya disebabkan oleh adanya infeksi sekunder dari bakteri yang menyebabkan adanya discharge mukopurulent yang keluar dari sinus – sinus hidung. Penyebab lainnya juga disebabkan oleh adanya penyakit radang kronis (Rhinitis lymphoplasmacytic), trauma, parasit (Cuterebra), benda asing, neoplasia, atau infeksi jamur.
Rhinitis dapat ditularkan dari kucing ke kucing yang lain melalui kontak langsung dengan cairan terinfeksi yang keluar dari mata, hidung, mulut, melalui makanan terinfeksi, tempat pakan dan minum, tangan manusia, dan udara. Virus ini dapat bertahan di lingkungan sampai dengan 10 hari. Replikasi virus terjadi di dalam epitel dari saluran pernafasan dan konjungtiva. Dan pengeluaran virus terjadi melalui secret hidung, konjungtiva dan urin.
Gejala klinis akan muncul setelah 2 – 17 hari setelah paparan virus. Seringkali infeksi virus akan diikuti dengan adanya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder ini dapat disebabkan karena penurunan imunitas dari hewan akibat adanya infeksi virus. Gejala yang muncul sangatlah beragam, mulai dari batuk, bersin, demam, mengalami kelainan bernafas, keluarnya discharge dari rongga hidung, hipersalivasi, dan terlihat produksi air mata yang berlebihan. Kejadian ini juga dapat menyebabkan laryngitis, faryngitis, dan tracheitis. Selaput lendir pada hidung akan tampak kemerahan dan diikuti dengan pembengkakkan tonsil.
Infeksi penyakit ini dapat di diagnosa berdasarkan anamnesa, gejala klinis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, atau dengan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan darah atau hematologi berguna untuk menegakkan diagnosa tentang agen penyebab infeksi. Kejadian rhinitis lebih banyak terjadi pada anak kucing, kucing yang sudah berumur tua, dan kucing jantan serta kucing liar yang sering berinteraksi bebas dengan kucing lainnya.
Terapi pengobatan yang diberikan adalah pemberian antibiotic untuk mencegah adanya infeksi sekunder bakteri. Selain itu, juga diberikan terapi pengobatan lain sesuai dengan gejala yang timbul. Pemberian makanan dengan nutrisi yang cukup juga dapat membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Pencegahan dari infeksi penyakit ini adalah dengan melakukan vaksinasi lengkap pada hewan Anda. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi penyakit Calicivirus. Walaupun vaksinasi tidak 100% akan memberikan perlindungan yang utuh, namun tingkat patogenitas virus akan lebih rendah pada hewan yang sudah divaksin daripada hewan yang belum divaksin. Jadi, jika Anda melihat hewan Anda sudah menunjukkan gejala sakit, segeralah bawa ke dokter hewan terdekat untuk mendapatkan pertolongan. [AD]
Rhinitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Pada umumnya, virus yang dapat menyerang kucing adalah golongan herpesvirus yang meliputi Feline Viral Rhinotracheitis (FVR). Rhinitis kronis umumnya disebabkan oleh adanya infeksi sekunder dari bakteri yang menyebabkan adanya discharge mukopurulent yang keluar dari sinus – sinus hidung. Penyebab lainnya juga disebabkan oleh adanya penyakit radang kronis (Rhinitis lymphoplasmacytic), trauma, parasit (Cuterebra), benda asing, neoplasia, atau infeksi jamur.
Rhinitis dapat ditularkan dari kucing ke kucing yang lain melalui kontak langsung dengan cairan terinfeksi yang keluar dari mata, hidung, mulut, melalui makanan terinfeksi, tempat pakan dan minum, tangan manusia, dan udara. Virus ini dapat bertahan di lingkungan sampai dengan 10 hari. Replikasi virus terjadi di dalam epitel dari saluran pernafasan dan konjungtiva. Dan pengeluaran virus terjadi melalui secret hidung, konjungtiva dan urin.
Gejala klinis akan muncul setelah 2 – 17 hari setelah paparan virus. Seringkali infeksi virus akan diikuti dengan adanya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder ini dapat disebabkan karena penurunan imunitas dari hewan akibat adanya infeksi virus. Gejala yang muncul sangatlah beragam, mulai dari batuk, bersin, demam, mengalami kelainan bernafas, keluarnya discharge dari rongga hidung, hipersalivasi, dan terlihat produksi air mata yang berlebihan. Kejadian ini juga dapat menyebabkan laryngitis, faryngitis, dan tracheitis. Selaput lendir pada hidung akan tampak kemerahan dan diikuti dengan pembengkakkan tonsil.
Infeksi penyakit ini dapat di diagnosa berdasarkan anamnesa, gejala klinis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, atau dengan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan darah atau hematologi berguna untuk menegakkan diagnosa tentang agen penyebab infeksi. Kejadian rhinitis lebih banyak terjadi pada anak kucing, kucing yang sudah berumur tua, dan kucing jantan serta kucing liar yang sering berinteraksi bebas dengan kucing lainnya.
Terapi pengobatan yang diberikan adalah pemberian antibiotic untuk mencegah adanya infeksi sekunder bakteri. Selain itu, juga diberikan terapi pengobatan lain sesuai dengan gejala yang timbul. Pemberian makanan dengan nutrisi yang cukup juga dapat membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Pencegahan dari infeksi penyakit ini adalah dengan melakukan vaksinasi lengkap pada hewan Anda. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi penyakit Calicivirus. Walaupun vaksinasi tidak 100% akan memberikan perlindungan yang utuh, namun tingkat patogenitas virus akan lebih rendah pada hewan yang sudah divaksin daripada hewan yang belum divaksin. Jadi, jika Anda melihat hewan Anda sudah menunjukkan gejala sakit, segeralah bawa ke dokter hewan terdekat untuk mendapatkan pertolongan. [AD]
Comments
Post a Comment