Dokter-hewan.net – Salah satu gajah sumatera bernama Lisa yang hidup di Taman Nasional Tesso Nilo Riau, telah melahirkan bayi gajah dengan berat 119 kg, tinggi 90 cm, dan panjang 108 cm pada hari Rabu, 1 Juni 2016 lalu. Bayi gajah berjenis kelamin betina tersebut belum memiliki nama, dan ia terlihat sehat serta senang saat dimandikan oleh pawang gajah Taman Nasional Tesso Nilo.
“Kita harus bersyukur dengan kehadiran penghuni baru Taman Nasional Tesso Nilo. Mengingat saat ini, populasi gajah sumatera sangat memprihatinkan terutama di Taman Nasional Tesso Nilo. Kita berharap negara harus benar – benar melindungi habitat gajah sumatera yang terancam punah akibat perburuan liar termasuk di Taman Nasional Tesso Nilo,” ucap Syamsidar selaku Humas WWF beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo Riau, Darmanto, menjelaskan bahwa semua harus menjaga habitat gajah yang saat ini terus terancam keberadaannya. “Gajah sumatera merupakan salah satu aset berharga yang ada di taman nasional. Kita harus melestarikan dan menjaga satwa dilindungi ini dari kepunahan,” ucapnya.
Pasca kelahiran, pemeriksaan kesehatan dan perawatan terhadap Lisa dan bayinya terus dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan dari BBKSDA Riau, WWF dan para mahout (perawat gajah). Drh. Rini Deswita dari BBKSDA Riau menyatakan bahwa telah dilakukan pemeriksaan pada induk gajah serta bayinya dan mereka dalam keadaan sehat. Tim akan terus melakukan pemantauan perkembangan keduanya. Dan untuk sementara waktu Lisa tidak ikut serta menjalankan tugasnya dalam upaya penanganan gangguan gajah.
Dengan lahirnya bayi gajah Lisa, maka Taman Nasional Tesso Nilo memiliki gajah latih sebanyak 7 ekor. Taman nasional ini merupakan kawasan yang dilindungi negara namun kondisinya masih porak poranda. Gajah dan harimau di kawasan ini selalu menjadi sasaran perburuan orang – orang yang tidak bertanggungjawab.
Selama ini, gajah Lisa ikut dalam tim patroli Flying Squad untuk menjaga Taman Nasiona Tesso Nilo dari perburuan satwa liar dan illegal logging. Di taman nasional ini, konflik gajah dan manusia masih saja terjadi. Habitat gajah rusak hingga mereka muncul ke perkebunan dan perkampungan sekitar taman nasional. Salah satu Humas dari taman nasional mengatakan bahwa sebenarnya ini bukanlah kesalahan gajah liar. Secara turun temurun, gajah – gajah di taman nasional ini sudah memiliki wilayah jejah sendiri, yang berubah adalah lahan menjadi kebun sawit dan perkampungan. Oleh sebab itu, konflik pun terjadi, manusia membunuh baik menembak, menombak, maupun menjerat gajah – gajah sekitar.
Dengan adanya patroli Flying Squad di Tesso Nilo, diharapkan dapat menekan konflik ini, dan mampu membantu tim patroli menjaga kawasan dari pemburu dan pelaku pembalakan liar. [AD]
“Kita harus bersyukur dengan kehadiran penghuni baru Taman Nasional Tesso Nilo. Mengingat saat ini, populasi gajah sumatera sangat memprihatinkan terutama di Taman Nasional Tesso Nilo. Kita berharap negara harus benar – benar melindungi habitat gajah sumatera yang terancam punah akibat perburuan liar termasuk di Taman Nasional Tesso Nilo,” ucap Syamsidar selaku Humas WWF beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo Riau, Darmanto, menjelaskan bahwa semua harus menjaga habitat gajah yang saat ini terus terancam keberadaannya. “Gajah sumatera merupakan salah satu aset berharga yang ada di taman nasional. Kita harus melestarikan dan menjaga satwa dilindungi ini dari kepunahan,” ucapnya.
Pasca kelahiran, pemeriksaan kesehatan dan perawatan terhadap Lisa dan bayinya terus dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan dari BBKSDA Riau, WWF dan para mahout (perawat gajah). Drh. Rini Deswita dari BBKSDA Riau menyatakan bahwa telah dilakukan pemeriksaan pada induk gajah serta bayinya dan mereka dalam keadaan sehat. Tim akan terus melakukan pemantauan perkembangan keduanya. Dan untuk sementara waktu Lisa tidak ikut serta menjalankan tugasnya dalam upaya penanganan gangguan gajah.
Dengan lahirnya bayi gajah Lisa, maka Taman Nasional Tesso Nilo memiliki gajah latih sebanyak 7 ekor. Taman nasional ini merupakan kawasan yang dilindungi negara namun kondisinya masih porak poranda. Gajah dan harimau di kawasan ini selalu menjadi sasaran perburuan orang – orang yang tidak bertanggungjawab.
Selama ini, gajah Lisa ikut dalam tim patroli Flying Squad untuk menjaga Taman Nasiona Tesso Nilo dari perburuan satwa liar dan illegal logging. Di taman nasional ini, konflik gajah dan manusia masih saja terjadi. Habitat gajah rusak hingga mereka muncul ke perkebunan dan perkampungan sekitar taman nasional. Salah satu Humas dari taman nasional mengatakan bahwa sebenarnya ini bukanlah kesalahan gajah liar. Secara turun temurun, gajah – gajah di taman nasional ini sudah memiliki wilayah jejah sendiri, yang berubah adalah lahan menjadi kebun sawit dan perkampungan. Oleh sebab itu, konflik pun terjadi, manusia membunuh baik menembak, menombak, maupun menjerat gajah – gajah sekitar.
Dengan adanya patroli Flying Squad di Tesso Nilo, diharapkan dapat menekan konflik ini, dan mampu membantu tim patroli menjaga kawasan dari pemburu dan pelaku pembalakan liar. [AD]
Semoga sehat selalu Rimbani. Senang bisaihat langsung dan merawat langsung Lisa dan Rimbani sejak hamil hingga usiamu kini
ReplyDeleteSemoga sehat selalu Rimbani. Senang bisaihat langsung dan merawat langsung Lisa dan Rimbani sejak hamil hingga usiamu kini
ReplyDelete